Terima Kasih Banyak untuk Bapak Penjual Ayam Potong!
Kalender menunjukkan tanggal 23 Agustus 2022, hal ini menandakan bahwa kurang 5 hari lagi hari yang ditunggu-tunggu tiba. Penantian seorang wanita yang baru saja memiliki cucu pertama dan (masih) satu-satunya.
Dari tahun ke tahun, ia selalu mempunyai agenda untuk menengok dan merayakannya ke kediaman cucu tercinta. Apakah wanita ini akan membawa tangan kosong saja? Tentu saja tidak! Sebenarnya sih sudah cukup banyak perasaan cinta dan segunung perasaan kangen yang dibawa. Tapi tetap saja tidak afdol baginya jika tidak membawa tumpukan kado permainan bahkan jajan favorite si cucu.
“Ayo besok beli jajan untuk dibagi-bagi di hari ulang tahun, Mas Bio” ucapnya padaku, anak terakhirnya.
Tidak ada jawaban selain “Iya” kalau sudah menyangkut kebahagiaan Mas Bio.
Pagi hari, ku bergegas mengantarkan ibu untuk berbelanja. Agar perjalanan ku dengan ibu lebih sat set wat wet, pikirku enak pakai motor saja, bukan? Lagian juga toko jajannya punya jalan yang cukup sempit dimana harus menyibak banyak segala jenis penjual di pasar. Aku juga percaya ibu tak akan memborong semua persediaan jajan yang dijual oleh pemilik toko. Semakin mantab pikirku untuk naik motor saja ketimbang berkendara dengan roda empat.
Namun ibu, “Ga naik mobil aja to?” melontarkan pertanyaan padaku
“Motor saja ya, bu. Biar lebih cepet dan juga kan tempat belinya harus melewati jalan sempit milik pasar.” tegasku kembali
“Yauwes nek gitu” sepertinya ibu tak punya waktu lagi untuk meyakinkanku
Pilih ini pilih itu. Tak terasa satu jam berkeliling memilih jajan mana yang paling disuka cucu kesayangannya beserta teman-teman sepermainan cucunya.
Mataku mendadak terbelalak dan berkata dalam hati “Loh kok udah numpuk segunung gini”. Gelisah sudah aku memikirkan bagaimana cara untuk berhasil membawa semua ini dengan motor berwarna hijau neonku dan selamat sampai rumah.
Setelah ku tata sedemikian rupa, aku putuskan untuk segera menyetir. Posisi ibu di bangku belakang mempertahankan kardus besar jajan yang dibelinya dengan menopangnya di atas paha dan sedikit menyandar di punggungku. Tak apa ya bu, tak apa ya fin. Mencoba meyakinkan kita berdua pasti bisa membawanya. Misi ini harus berhasil! Memperkirakan juga jarak antara toko dan rumah yang tidak begitu jauh, oke aku menyanggupi posisi ini.
Selip sana selip sini, layaknya pembalap Valentino Rossi. Ditambah lagi harus bisa melihat peluang kapan saat yang tepat untuk membanting setir motorku ke kanan dan bergantian juga dengan pengendara dari lawan arah.
Di tengah-tengah aku yang sedang fokus, ibu masih menyesali anaknya yang terlihat repot menyetir motor dengan bawaan sebanyak dan sebesar itu. “Nah, kalau tadi kamu nurut sama ibu dan mau bawa mobil pasti ga akan repot gini. Dasar ngeyeeel, kamu ini kapan…….” belum selesai ia bicara,
Brukkkkkkkkkkkkkk *suara dari sisi kiriku*
Sangking aku fokus ke depan, tak kusadari kardus besar yang dibawa di samping kiri ibu menyenggol becak yang sengaja diparkir di tepi jalan oleh pemiliknya.
Jelas, berceceran kemana-mana..
“Mbak, majuin dulu motornya dan pinggirin motornya yaaaa” teriak seorang bapak yang rela meninggalkan kios ayam potongnya untuk bergegas membantu aku dan ibuku.
Beliau tak segan-segan membantu memasukkan kembali segala macam jajanan ibu yang berserakan di jalan ke dalam kardus besar. Menata kembali, mengira-ngira letak seperti apa agar aku dan ibu tak kerepotan saat membawa dan melanjutkan perjalanan. Membenarkan ikatan tali rafia yang sengaja diatur agar bisa kardus sebesar ini mudah ditenteng.
Sepanjang bapak penjual ayam potong ini membantuku dan ibu, aku terdiam. Masih mencoba mengamati segala yang terjadi di depan mataku. Aku tak lagi mimpi, bukan?
Tak henti aku dan ibuku mengucapkan banyak terima kasih untuk bapak penjual ayam potong ini. Ku dengar ibu juga menyelipkan banyak doa baik untuk bapaknya “Semoga sehat selalu nggih pak, diparingi rezeki ingkang katah nggih, kula matursuwun sanget pak”
Sesampainya rumah pun aku masih memproses pikirku dan cukup bahagia, ternyata dibalik ngeyelnya aku sama ibu… aku hari ini menemukan satu orang baik di dunia. Bapak penjual ayam potong di pasar.
Ternyata masih ada kok, orang baik di sekitar kita! Kalau sekiranya kamu belum bisa menemukan orangnya siapa, kamu bisa menemukan orang baik itu di diri kamu juga.
Kamu punya peluang besar juga untuk bisa berbuat baik ke sesama dan ke diri sendiri.